Mitos dan Fakta Kendaraan Listrik
Published: Juli 16, 2024 | Author: INVIKendaraan listrik (EV) adalah inovasi dalam industri otomotif yang menggunakan motor listrik dan baterai sebagai sumber tenaga utamanya. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan dan pengurangan emisi karbon, popularitas EV pun semakin melonjak. Melonjaknya popularitas EV ini diakibatkan oleh peningkatan kesadaran yang kian berkembang dan inovasi teknologi yang memajukan industri ini. Kendaraan listrik dianggap sebagai solusi potensial untuk mengurangi emisi karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Namun, di balik perkembangan ini, banyak mitos tentang kendaraan listrik. Misalnya, ada anggapan bahwa EV tidak memiliki jangkauan yang cukup, terlalu mahal, dan kurang bertenaga dibandingkan kendaraan bermesin bensin. Jadi, untuk mengetahui fakta kendaraan listrik sebenarnya, simak penjelasan berikut ini.
Mitos 1: “Kendaraan Listrik Tidak Memiliki Jangkauan yang Cukup”
Banyak orang mengira EV tidak dapat menempuh jarak jauh. Faktanya, teknologi baterai telah berkembang pesat, memungkinkan EV modern untuk mencapai jarak tempuh lebih dari 300 mil sekali pengisian daya. Contohnya, Tesla Model S mampu menempuh jarak 402 mil, dan Hyundai Kona Electric mencapai 258 mil. Jadi, dengan sekali pengisian daya, kendaraan listrik dapat menempuh perjalanan harian, bahkan perjalanan jarak jauh.
Mitos 2: “Kendaraan Listrik Terlalu Mahal”
Meskipun harga awal EV lebih tinggi dibandingkan kendaraan konvensional, biaya total kepemilikan (TCO) EV jauh lebih rendah. Hal ini dikarenakan biaya bahan bakar dan perawatan EV yang jauh lebih murah. Ditambah lagi, pemerintah juga menawarkan subsidi harga dan insentif non-harga pada pembelian kendaraan tertentu.
Misalnya saja subsidi harga PPN DTP 10% dan subsidi langsung untuk motor listrik, serta insentif non-harga seperti PKB 0%, BBNKB 0%, akses ke jalur Bus Transjakarta, dan tempat parkir gratis. Jadi, akan sangat menguntungkan bagi Anda pemilik mobil listrik.
Contoh nyatanya adalah ketika Anda membeli Hyundai Kona Electric, biaya TCO yang dikeluarkan selama jangka 5 tahun akan lebih rendah dibandingkan dengan Honda City, meskipun harga awalnya lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa EV dapat menjadi pilihan yang lebih hemat biaya dalam jangka panjang dan ramah lingkungan.
Mitos 3: “Kendaraan Listrik Lambat dan Kurang Bertenaga”
Mitos lain terkait kendaraan listrik adalah kendaraan ini tidak secepat atau sekuat kendaraan bermesin bensin. Sehingga pengalaman berkendara kurang menyenangkan. Padahal faktanya, mobil listrik memiliki akselerasi yang lebih baik dibandingkan kendaraan bermesin bensin.
Salah satu alasannya karena torsi maksimum yang tersedia secara instan dan mampu mencapai kecepatan 0-60 mph dalam waktu kurang dari 4 detik. Selain itu pengalaman berkendara juga halus dan responsif. Contoh nyatanya seperti Tesla Model S mampu berakselerasi dari 0 hingga 60 mph dalam waktu 2.1 detik, dan Porsche Taycan mencapai 0 hingga 60 mph dalam 2.6 detik.
Mitos 4: “Infrastruktur Pengisian Daya Tidak Memadai”
Banyak yang berpendapat bahwa kurangnya stasiun pengisian daya akan menjadi hambatan besar dalam adopsi EV, karena Anda merasa terbatas dalam hal jarak tempuh dan lokasi pengisian daya. Padahal, jaringan pengisian daya mobil listrik sudah semakin berkembang pesat.
Saat ini, sudah ada lebih dari 600 stasiun pengisian daya mobil listrik di seluruh Indonesia. Hal ini membuat pengisian daya mobil listrik menjadi lebih mudah dan terjangkau. Selain itu, untuk mendukung transisi penggunaan mobil listrik, Anda juga bisa menikmati tarif pengisian listrik yang terjangkau, sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM 13/2020.
Mitos 5: “Baterai Kendaraan Listrik Cepat Rusak dan Sulit Didaur Ulang”
Salah satu mitos yang sering mobil listrik yang cukup populer adalah umur baterai sangat pendek. Padahal, baterai EV modern memiliki umur panjang, contohnya saja Air ev yang dilengkapi dengan garansi 8 tahun atau mencapai jarak 120.000 kilometer. Bahkan ada juga yang rata-rata mencapai 10-15 tahun.
Selain itu, pengembangan baterai solid-state dan metode daur ulang yang lebih efisien juga membantu mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan baterai kendaraan listrik yang tetap menjadikannya pilihan yang lebih ramah lingkungan. Teknologi daur ulang yang terus berkembang juga memungkinkan sebagian besar komponen baterai daur ulang digunakan kembali untuk mengurangi limbah dan dampak lingkungan negatif.
Mitos 6: “Kendaraan Listrik Tidak Ramah Lingkungan karena Listriknya Berasal dari Bahan Bakar Fosil”
Banyak orang beranggapan bahwa kendaraan listrik tidak ramah lingkungan karena sumber listriknya yang berasal dari bahan bakar fosil. Namun faktanya, walaupun kendaraan listrik menggunakan pembangkit energi berbasis fosil, sikuk hidupnya menunjukkan emisi gas rumah kaca yang jauh lebih rendah dibandingkan kendaraan bahan bakar bensin atau solar.
Hal ini dikarenakan teknologi baterai terus berkembang dan menjadi lebih efisien, sehingga emisi yang terkait dengan produksi baterainya pun semakin berkurang. Di Indonesia, energi terbarukan seperti tenaga surya juga semakin diminati oleh masyarakat. Artinya, komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan transisi menuju energi yang lebih bersih sudah berjalan. Jadi, pemanfaatan energi terbarukan ini akan semakin meningkatkan manfaat lingkungan dari penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.
Mitos-mitos tentang EV seringkali tidak berdasar pada fakta dan menghambat transisi menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan. Jadi, edukasi yang tepat sangat penting untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang kendaraan listrik. Dengan informasi yang benar, masyarakat dapat membuat keputusan yang lebih baik untuk mencapai lingkungan lebih bersih dan berkelanjutan.